Rabu, 22 April 2015


YOGYA (KRjogja.com) - Adanya bandara baru di DIY berdampak sangat signifikan terhadap perekonomian. Karena itu, potensi bandara baru perlu dimaksimalkan. Tidak hanya sekedar untuk lalu lintas orang tetapi juga diberdayakan untuk lalu lintas barang. Jangan sampai bandara yang dibangun cukup besar tersebut malah tidak ada lalu lintas ekspor barang.

"Dampaknya dapat mengangkat usaha kecil di DIY. Mereka bisa  bisa jadi eksportir karena potensi di Yogyakarta cukup banyak mulai dari sektor kerajinan kulit, kayu hingga garmen yang semuanya sudah ada pangsa pasarnya," papar Arief Budi Santoso (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta) ketika menerima silaturahmi jajaran Direksi PT BP Kedaulatan Rakyat (KR) dr Gun Nugroho Samawi dan rombongan, Selasa (21/04/2015) di ruang rapat BI DIY.


Lebih lanjut ia menegaskan, dalam kaitannya dengan lalu lintas barang, perlu ada pembenahan tata niaga ekspor agar lebih mudah, prosedurnya tidak rumit termasuk mendatangkan bahan baku murah lewat impor. Namun ia berharap arus barang untuk ekspor lebih besar, baik nilai maupun volumenya dibandingkan arus barang impor.

Menurut Arief, dalam kegiatan ekspor-impor, barter barang pun bisa dilakukan. Tergantung MoU yang dibuat. "Contohnya beli mesin Cina, bisa ditukar dengan salak pondoh. Saya ada contoh menarik tentang eksistensi bandara di Makasar. Di sana, tolnya bandara itu langsung menuju ke pelabuhan," ungkap Arief.

dr Gun Nugroho juga menyambut baik akan hadirnya bandara baru di DIY. Jika bandara sudah jadi maka multiplier effect untuk DIY juga akan meningkat. "Dengan begitu, saya berharap Yogyakarta bisa meningkat kesejahteraan masyarakatnya sehingga bisa menjadi contoh untuk daerah lainnya," papar dr Gun Nugroho didampingi Direktur Produksi, Baskoro Jati Prabowo SSos, Wapemred KR Drs H Ahmad Luthfie MA, Redaktur Pelaksana Mussahada dan Primaswolo Sudjono SPt, Pemred SKM Minggu Pagi sekaligus Ketua Tim Migunani KR Drs Sihono HT serta Widyo Suprayogi (Markom KR).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar